God is Good

Tuhan Maha Baik...

 

Menjadi juara Piala Menpora.

Menjadi pemain terbaik Piala Menpora.

Mendapatkan panggilan pertama sebagai Garuda.

 

Ini adalah blog pertama saya setelah bertubi-tubi mendapatkan kebaikan dari Tuhan dan saya tulis saat waktu luang pemusatan latihan Timnas Indonesia. Saya ingin berbagi rasa syukur dan pengalaman kebaikan yang diberikan Tuhan pada saya.

Namun saya yakin, Tuhan lebih mudah mengizinkan hal itu terjadi kepada saya. 

Saya bekerja keras. Saya berinvestasi untuk masa depan saya.

Investasi bukan soal uang saja. Tapi juga meluangkan keinginan, perbuatan dan usaha yang lebih keras. Bagi saya sebagai pesepakbola, saya berinvestasi untuk tubuh saya. Membayar jasa pelatih, fisio, menggunakan alat recovery yang canggih.

Kemudian, latihan dan kerja keras adalah kunci lainnya. Saat orang-orang mungkin berpikir pandemi adalah hari libur, bagi saya itu tidak. 

Ketika kabar baik datang, sepak bola kembali, saya sungguh sangat senang. Sulit hidup tanpa hal yang kita semua cinta.

Jelang turnamen, saya tingkatkan kesiapan fisik. Intensitas semakin tinggi. Memang butuh perjuangan berlatih keras sendiri. Tapi mental dasar itu harus terus ditanamkan.

Apa yang kita siapkan akan menjadi sesuatu yang kita hasilkan.

Mental tidak pernah berubah. Bermain di mana pun, target saya selalu ingin menjadi yang terbaik. Mindset saya harus selalu mengatakan tersebut sehingga menjadi suntikan semangat untuk tubuh dan pikiran saya.

Jika kamu sempat membaca atau menonton berita persiapan Persija sebelum turnamen, saya mengatakan target juara dan menjadi pemain terbaik. Semua hal-hal baik memotivasi saya. 

Keluarga terutama. Saya melakukannya demi keluarga dan diri saya. Saya ingin menjadi yang terbaik di Indonesia.

Piala Menpora saya manfaatkan sebagai bagian awal pembuktian dari karir saya di Persija. 

Kita tahu, saat musim lalu bergabung, sayang sekali harus ada pandemi, dan kompetisi berhenti. Tapi saya senang dengan kesempatan di Piala Menpora. Itu jadi salah satu pembuktian ketika diberi kesempatan, saya tidak akan menyia-nyiakannya.

Saya tahu, pertandingan pertama setelah satu tahun tanpa sepak bola adalah hal yang sulit. Semua beradaptasi, tapi saya saat itu sangat bersyukur mengetahui kenyataan bahwa sepak bola kita kembali.

Dan bermain 90 menit pada pertandingan pertama adalah sebuah rasa syukur lainnya. Tanpa cedera dan tanpa kram. Saya sedikit membuktikan hasil investasi saya selama lockdown.

Pertandingan-pertandingan selanjutnya saya sangat menikmati sepak bola. Begitupula dengan tim. Kami lebih kompak dan solid. 

Saya mencetak gol penentu pertandingan dan penentu nasib Persija di fase grup saat melawan Bhayangkara. Mengalahkan Barito Putera di quarter-final, dan saya bisa saja mencetak gol langsung dari tendangan sudut jika tidak dianulir (sampai saat ini saya masih penasaran).

Perjalanan yang luar biasa untuk kembalinya saya berkompetisi. Saya senang dan bersyukur. Semua pertandingan sebelum final, saya mainkan 90 menit penuh.

Hingga akhirnya kami berhasil ke final, dan yang tak kalah spesial adalah menghadapi Persib Bandung. Rival dari Persija Jakarta. Itu adalah pertandingan El Clasico Indonesia pertama.

Idealnya pertandingan besar seperti itu dihadiri oleh penonton. Sebab itu yang saya mimpikan bermain di hadapan puluhan ribu penonton. Namun apa daya kita semua di berbagai belahan dunia sedang menghadapi sepak bola ‘new normal’.

Puji Tuhan, Persija bisa menang dan juara dengan hasil yang sangat memuaskan. Saya bisa main di semua pertandingan Persija pada Piala Menpora, mengangkat trofi utama dan mendapatkan pemain terbaik turnamen.

Sekarang, saya sedang bersama Timnas. Saya tidak pernah membohongi diri saya sendiri. Ketika saya menetapkan target pada diri saya bahwa saya ingin bermain untuk Indonesia, saya tahu harus push dan kerja keras untuk mencapai target tersebut. Tidak peduli sebesar dan sekeras apa, selama masih bisa bernafas, saya terus berjuang.

Namun sekali lagi, saya yakin, apa yang saya saya dapatkan hari ini adalah buah dari latihan dan persiapan sepanjang tahun. Saya tidak tahu apakah orang-orang melihat hari-hari tanpa sepak bola adalah hari libur, tapi saya terus melatih diri saya. Saya tidak membuat diri saya terbuai dengan waktu luang. 

Saya jadikan media sosial sebagai tempat saya berbagi cerita. Berbagi update terbaru tentang saya kepada para fans (yang saya yakin mereka juga sangat merindukan sepak bola saat pandemi). Kamu bisa lihat sendiri di linimasa media sosial saya saat tanpa sepak bola. Saya ingin menjadikan media sosial saya untuk menginspirasi.

Kini, seperti mimpi. Masuk ke Timnas adalah mimpi dan tujuan saya semenjak berkarir di Indonesia. Saya ingin membuat banyak senyum di wajah orang Indonesia lewat sepak bola. Saya sudah lakukan di Makassar dan sekarang saya lakukan juga di Persija. 

Saya juga berterima kasih kepada Coach Shin dan PSSI yang telah percaya pada saya. Saya akan memberikan yang terbaik. Versi terbaik dari diri saya. 

Di tengah tim yang berisi anak-anak muda, saya juga ingin menjadi role model dan inspirasi buat para pemain muda di Timnas. Bukan hanya di lapang, tapi juga di luar.

 

Wish me luck.

Marc

God is Good