God's Gift
Sungguh momen yang tak terlupakan.
Perasaan saya bercampur. Emosi saya menjadi satu.
Mulai dari takut, cemas hingga akhirnya senang penuh syukur saat menantikan hal yang paling ditunggu-tunggu seorang ayah, yakni menantikan anak pertama lahir ke bumi.
Hampir dua hari tanpa tidur. Untuk memastikan tidak ada masalah yang terjadi selama proses tersebut.
Namun saya tahu bahwa kekasih saya berjuang lebih keras dibanding saya. Saya menyaksikan perjuangan luar biasa itu.
Proses melahirkan adalah sebuah momen mengenai pertaruhan nyawa. Yang saya lakukan dalam hati adalah terus berdoa, agar kekasih dan buah hati mendapatkan keselamatan dalam proses persalinan.
Saya benar-benar melihat keajaiban Tuhan di depan mata saya. Dan momen itu adalah saat di mana saya tanpa kata-kata.
Menyaksikan seorang anak lahir adalah perasaan yang sangat membahagiakan, dan mungkin bisa saya katakan lebih membahagiakan dibanding mendapatkan juara Piala Menpora dan mendapatkan pemain terbaik turnamen.
Rasanya seperti ingin berselebrasi, tapi apa daya, bentuk selebrasi tersebut hanya bisa saya lakukan dengan menunjukan air mata rasa haru perasaan saya.
Hidup telah berubah selamanya. Apa yang dulunya adalah rumah berisi dua orang dewasa, sekarang telah menjadi sebuah keluarga, lengkap dengan anak manis yang Tuhan antarkan kepada kami di dunia.
Dan perkenalkan, sosok mungil dan lucu yang akan mengisi rumah kami: Sage Luén Klok.
Saya ingin melihat anak saya tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berguna untuk banyak orang. Saya juga ingin melihat anak saya memiliki semangat yang sama dengan orangtuanya, menebarkan kasih sayang, membuat orang tersenyum, dan menyebarkan cinta di mana pun berada.
Dan sebagai seorang ayah, saya ingin yang terbaik untuk anak saya. Saya selalu berkata, “Do it for the Fam!”.
Dan itu tidak akan pernah berubah. Selamanya.
Marc Klok